Penulis Buku : Ary Ginanjar Agustian
“Apabila manusia melakukan pendekatan diri kepada tuhan pencipta mereka dengan bermacam-macam kebaikan, maka mendekatlah engkau dengan akalmu, niscaya engkau akan merasakan nikmat yang lebih banyak, yaitu dekat dengan manusia di dunia, dan dekat dengan Allah di akhirat.” - Hadist Rasulullah SAW.
IQ vs EQ
IQ
atau kecerdasan Intelektual merupakan tolak ukur kecerdasan seeorang dalam
bidang ilmu pengetahuan, wawasan dunia, kemampuan berpikir dsb.
Sedangkan EQ adalah
tolak ukur kecerdasan emosional sesorang. EQ memiliki peran yang penting seperti IQ, namun yang terjadi di dunia
kita adalah banyak lembaga pendidikan yang hanya berfokus untuk mengembangkan
kecerdasan IQ para peserta didiknya. Jarang dijumpai pendidikan yang
mengajarkan kecerdasan emosi seperti kejujuran, komitmen, visi, kreatifitas,
kepercayaan diri, penguasaan diri, ketahanan mental dll. Padahal yang terbukti
menjadi
kunci utama keberhasilan adalah kecerdasan emosi dan
spiritual. EQ bersumber pada hati manusia. Hati adalah sumber keberanian dan semangat,
integritas dan komitmen. Dan hati adalah jembatan antara pikiran dan perbuatan.
EQ vs SQ
Selama
ini banyak berkembang di masyarakat dikotomisasi antara kehiduoan dunia dan
akhirat. EQ dan IQ yang hanya berorientasi pada tujuan dunia, namun SQ berorientasi
pada tujuan akhirat. Soarang ahli saraf pada tahun 1997 yang bernama VS
Ramacandran dari California University mengemukakan bahwa otak manusia memiliki
God Spot sebagai pusat spiritual yang terletak pada bagian depan otak
manusia. God spot dapat dirasakan pada suara hati.
Ada
sebuah kisah yang menceritakan seorang pekerja dalam bidang otomotif (sebut
saja Erwyn) yang
setiap harinya bekerja memasang dan mengencangkan jok pengemudi. Bila
dipikir-pikir itu
adalah pekerjaan yang membosankan sekaligus upah yang diterima tidakah besar.
Namun saat seseorang bertanya padanya, "Mengapa kamu mau mengerjakan pekerjaan
tersebut?" Jawabannya sangat membuat orang tercengang, ”Saya bekerja prinsipnya bukan
untuk perusahaan, namun untuk pengabdian saya kepada tuhan. Bila saya mogok kerja dan
meminta kenaikkan gaji, itu hanya akan memperberat masalah, karena saya
memahami kondisi ekonomi sedang sulit”. Dari kisah
tersebut, Erwyn mampu bekerja dari dalam, bukan dari luar. Ia adalah seorang
raja atas jiwanya sendiri, dan ia menjadikan pekerjaanya sebagai pengabdian
kepada sang ilahi, bukan hanya berorientasi pada duniawi.
Pentingnya kesinambungan antara kehidupan dunia dan kehidupan akhirat yang artinya sinergitas antara kecerdasan EQ dengan SQ membuat penulis yaitu Ary Ginanjar menemukan suatu model yang menggabungkan keduanya yang kemudian diberi nama ESQ.
Buku yang ditulis oleh
motivator terkemuka ini memiliki empat bagian yang menjadi model terbentuknya
ESQ. yakni, bagian satu membahas tentang zero mind process atau penjernihan
emosi melalui satu ihsan. Bagian kedua mengulik tentang mental building,
yaitu bagaimana membangun ketahanan mental melalui enam rukun iman. Pada bagian
ketiga dan keempat menjelaskan tentang personal strength atau
ketangguhan pribadi melalui pondasi lima rukun islam.
Zero Mind Process
Kali ini kita akan mulai pada pembahasan zero mind process. Pada bagian ini, sang penulis memaparkan sebuah konsep bernama Anggukan Universal. Penulis menyajikan beberapa pertanyaan, yang mana jawabannya adalah sama antar tiap manusia. Misalnya ketika kamu sedang berada dipinggir jalan, tiba-tiba seorang anak perempuan berusia lima tahun berdiri tepat di depan kamu, menatap makanan yang kamu pegang dengan penuh harap. Suara hati apa yang muncul di hati kamu saat itu? Suara hatimu mendorong untuk "ingin memberikan" apa yang sedang anda pegang. Hal ini menunjukkan bahwa suara hati akan sama dirasakan oleh manusia di seluruh dunia, mau dia kaya, miskin, pejabat, sampai rakyat sipil akan merasakan suara hati yang sama dan terekam dalam God Spot.
Menurut A-Qur’an, sebelum manusia diciptakan, Allah dan ruh manusia
telah mengadakan perjanjian. Allah bertanya “Bukankah aku tuhanmu?”
kemudian ruh manusia menjawab “Ya, aku bersaksi”. (Surat Al-A’raf ayat
172). Bukti nyata perjanjian ini merupakan bukti adanya iman dalam diri
manusia. Makanya ketika manusia akan berbuat keburukan, suara hati manusia akan
melarangnya. Setiap manusia berbuat kesalahan, manusia akan merasa
menyesali perbuatan itu. Penyesalan adalah tanda kembalinya seseorang kepada Allah swt.
Kemudian sang penulis memaparkan tujuh belenggu suara hati pada God Spot yang tanpa sadar membuat manusia menjadi buta. Salah satu
belenggu tersebut yakni “prasangka negatif”.
Ada sebuah kisah, pada suatu pagi saat sebuah rapat sedang dilaksanakan.
Ada seorang anggota rapat yang menguap. Sontak seluruh peserta rapat menengok
kearah orang tersebut, dan atasannya pun tak ayal menggelengkan kepala.
Kemudian bos rapat itu menegurnya sambil berkata “saya kecewa dengan anda,
nampaknya anda tidak menghargai rapat ini!” Orang itu langsung menundukkan
matanya dan meminta maaf “maaf, seharusnya saya tidak ada
disini, namun karena rapat ini sangat penting saya terpaksa datang. Seharusnya
saya sedang menjaga anak saya yang saat ini berada di ICU.” Seluruh
peserta rapat langsung terperangah. Mereka terjerumus bahwa Ketika ada orang
menguap di tengah rapat, artinya orang itu tidak antusias. Padahal kita hanya
tidak tahu apa yang sedang terjadi pada orang tersebut. Inilah prasangka negatif yang harus
dihindari.
Hati kita seperti tanah tempat kita bercocok tanam,
sedangkan tanaman adalah ide, visi dan gagasan. Apabila tanah itu sudah
tercemar, maka tanaman tidak akan tumbuh dengan indah bahkan akan mati. Begitu
pula dengan hati dan pikiran. Ketika kita sedang merumuskan rencana,
menyelesaikan konflik dan mengambil Langkah, periksa dulu hati dan pikiran
kita, apakah telah terbebas dari hama? Bila belum, istighfarlah, lakukanlah
minimal 70x dalam sehari dan balut hati dengan kain yang suci.
Zero mind process adalah awal pembentukan hati dan pikiran yang jernih lagi suci. Zero mind process merupakan landasan awal dalam memahami ESQ. apabila hati dan pikiran telah jernih dari tujuh belenggu yang mengotori jiwa, maka awali dengan Langkah 1 : Zero Mind Process.
Sumber :
Agustian, A. G. (2009). ESQ (Emotional Spiritual Quotient). Jakarta: Arga Publisher.
Komentar
Posting Komentar